diposkan oleh Agus Setiawan
A.
Pendahuluan
Kurikulum yang selama
ini memiliki banyak ragam pengertian mulai dari yang hanya terbatas pada bahan
pelajaran yang akan diberikan oleh pengajar kepada para peserta didik, hingga
kurikulum yang dianggap sebagai segala pengalaman yang telah direncanakan untuk
dialami oleh peserta didik dalam proses belajarnya. Di dalam kurikulum juga
terdapat beberapa komponen-komponen kurikulum seperti tujuan, isi, organisasi
dan metode, dan evaluasi kurikulum. Tentu kurikulum di sini sangat berdekatan
dengan proses pembelajaran, sebab di dalam kurikulum sendiri sudah tercantum
hal-hal yang nantinya akan memengaruhi proses pembelajaran itu sendiri. Lalu
bagaimanakah hubungan keduanya? Di manakah letak dari keterkaitan antara
kurikulum dan pembelajaran?
B.
Pembahasan
Sekilas tentang kurikulum
Al-Syaibany (1979),
mendifinisikan bahwa kurikulum terbatas pada pengetahuan-pengetahuan yang
dikemukakan oleh guru atau sekolah atau institusi pendidikan lainnya dalam bentuk
mata pelajaran atau kitab-kitab karya para ulama terdahulu yang dikaji begitu
lama oleh para peserta didik dalam tiap tahap pendidikannya.[1]
Selain itu, Olivia (1998), mendifinisikan kurikulum sebagai rencana atau
program yang menyangkut semua pengalaman yang dihayati peserta didik dibawah
pengerahan sekolah atau pergururan tinggi.[2]
Dua definisi tentang kurikulum di atas sudah cukup mewakili definisi kurikulum
secara umum, karena pada umumnya kurikulum didefinisikan dalam dua definisi
yang sedikit berbeda, yang satu menekankan kurikulum terbatas pada materi
pelajaran, dan yang lain menekankan pada segala aspek pengalaman yang menjadi
proses belajar bagi peserta didik. Namun keduanya sama-sama mengandung
pengertian bahwa kurikulum adalah rencana belajar.
Seperti yang
dituliskan oleh Abdullah Idi, kurikulum memiliki beberapa pengertian yang
memiliki perbedaan satu sama lain. Kurikulum bisa diartikan sebagai subject
of matter, experience, intention, cultural reproduction, dan curriculum
as curere.[3]
Adapun beberapa pengertian tersebut adalah sebagai berikut;
1.
Kurikulm sebagai bahan
pelajaran (curriculum as subject matter)
Kurikulum sebagai
bahan ajar (subject matter) merupakan pengertian kurikulum yang paling
tradisional. Kurikulum di sini digambarkan sebagai kombinasi bahan ajar yang
akan diberikan kepada peserta didik.
2.
Kurikulum sebagai
pengalaman (curriculum as experience)
Dalam pengertian ini,
kurikulum digambarkan sebagai seperangkat pengalaman yang telah dirancang untuk
proses pembelajaran peserta didik melalui penulisan kurikulum. Pengertian
semacam ini bersesuaian dengan definisi yang diberikan oleh Olivia di atas.
Walaupun kurikulum
masih memiliki banyak pengertian seperti yang dituliskan oleh Abdullah Idi,
namun dalam kaitannya dalam pembelajaran, yang kami uraikan hanya dua
pengertian pertama.
Sekilas Tentang Pembelajaran
Pemebelajaran
berasal dari akar kata belajar, yang membuktikan bahwa anatara pembelajaran
dengan belajar memiliki hubungan yang erat. Belajar diartikan oleh Surya
sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan
perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.[4]
Yang perlu digarisbawahi pada kalimat tersebut adalah kata “berinteraksi dengan
lingkungannya” yang menunjukkan bahwa belajar di pengaruhi oleh lingkungan
sekitar peserta didik.
Yusufhadi Miarso memaknai istilah pembelajaran sebagai aktivitas atau
kegiatan yang berfokus pada kondisi dan kepentingan pembelajar ( learner
centerd ). Istilah pembelajaran digunakan untuk menggantikan istilah
pengajaran yang lebih bersifat sebagai aktivitas yang berfokus pada guru ( teacher
centered ). Oleh karenanya, kegiatan pengajaran perlu dibedakan dari
kegiatan pembelajaran.[5] Penrnyataan itu
menunjukkan bahwa pembelajaran berfungsi mengkondisikan situasi di sekitar
peserta didik agar tercipta aktivitas belajar di dalam diri peserta didik. Kata
“mengkondisikan situasi” di atas menunjukkan bahwa pembelajaran di sini bersifat eksternal,
yaitu yang berada di luar diri siswa tetapi mendukung terjadinya proses belajar
di dalam diri siswa.
Berdasarkan ulasan di
atas, perbedaan antara belajar dan pembelajaran adalah belajar sebagai proses
internal yang dipengaruhi oleh pembelajaran sebagai proses eksternal.
Pembelajaran disini
tentu sangat erat kaitannya dengan kurikulum, di mana kurikulum itu sendiri
berfungsi sebagai perencanaan tentang pengalaman belajar.[6] Di satu sisi kurikulum
adalah rencana tertulis yang telah dibukukan oleh para pengembang kurikulum
yang nantinya akan menjadi tuntunan bagi para pengajar dalam melaksanakan
proses pengajaran, di sisi lain pembelajaran akan meberikan out put berupa
hasil belajar yang nantinya akan dievaluasi dan berguna dalam perencanaan dan
perancangan kurikulum selanjutnya.
Kaitan Kurikulum Dengan Pembelajaran
Kurikulum dan
pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, meski berada pada posisi
yang berbeda. Saylor merupakan bahwa kurikulum dan pembelajaran bagaikan romeo
dan juliet. Jika kita berbicara mengenai Romeo, maka kita juga akan berbicara
masalah Juliet. Romeo tidak akan lengkap terasa tanpa juliet, demikian pula
sebaliknya. Artinya, pembelajaran tanpa kurikulum sebagai rencana tidak akan
efektif, atau bahkan bisa keluar dari tujuan yang telah dirumuskan. Kurikulum
tanpa pembelajaran, maka kurikulum tersebut tidak akan berguna.[7]
Selain itu, Olivia
menyatakan bahwa kurikulum berkaitan dengan apa yang harus diajarkan, sedangkan
pengajaran mengacu pada bagaimana cara mengajarkannya.[8] Walaupun antara
pembelajaran dengan pengajaran dalam hal ini memiliki perbedaan, namun keduanya
memiliki kesamaan tolak ukur dalam kasus ini, yaitu bagaimana mengajarkan.
Hanya saja pengajaran lebih terpusat pada guru sebagai pengajar, sedangkan
pembelarajaran menekankan pada penciptaan proses belajar antara pengajar dengan
pelajar agar terjadi aktivitas belajar dalam diri pelajar.
Belajar
sebagai kegiatan inti dari pembelajaran memiliki arti modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman.[9] Yang perlu digaris bawahi
pada kalimat tersebut adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman, ini
membuktikan bahwa belajar sebagai kegiatan inti pembelajaran dipengaruhi oleh
kurikulum yang notabenenya merupakan rancangan pengalaman belajar.
Persoalan
yang timbul selanjutnya adalah bagaimana menyusun kurikulum untuk kepentingan
pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan optimal. Hal ini berbenturan dengan
fakta bahwa kurikulum telah dirancang secara standar (standarized curriculum).
Ini berarti bahwa kurikulum yang sama digunakan digunakan pada setiap sekolah
yang notabenenya masing-masing sekolah tersebut memiliki masalah pelaksanaan
pembelajaran yang berbeda. Maka dari itu diperlukan pengembangan seperlunya
yang disesuaikan dengan kondisi disekolah. Hal ini bisa kita lihat pada
perincian RPP.
Peter
F. Olivia menggambarkan kemungkinan hubungan antara kurikulum dengan
pembelajaran dalam bagan berikut;
1.
Model dualistis
Pada model ini, kurikulum dan
pembelajaran berdiri sendiri. Kurikulum yang seharusnya memjadi pedoman dalam
pelaksanaan pembelajaran tidak tampak. Begitu juga dengan pembelajaran yang
seharusnya dapat dijadikan tolak ukur pencapaian tujuan kurikulum tidak
terjadi. Model ini digambarkan dalam bagan no.1
2.
Model berkaitan
Dalam model ini, kurikulum dengan
pembelajaran saling barkaitan. Pada model ini, ada bagian kurikulum yang menjadi
bagian dari pembelajaran, begitu juga sebaliknya. Model ini bisa dilihat pada
bagan no 2.
3.
Model konsentris
Pada model ini, keduanya memiliki
hubungan dengan kemungkinan bahwa kurikulum adalah bagian dari pembelajaran
atau pembelajaran adalah bagian dari kurikulum. Lihat bagan no 3.
4.
Model siklus
Pada model ini, antara kurikulum dan
pembelajaran di anggap dua hal yang terpisah namun memiliki hubungan timbal
balik. Di satu sisi, kurikulum merupakan rencana tertulis sebagai panduan
pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran mempengaruhi pada
perancangan kurikulum selanjutnya.[10] Lihat bagan no 4.
C. Penutup
Walaupun kurikulum
memiliki banyak pengertian seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli, namun
tentu semuanya masih memiliki kaitan yang pada akhirnya membawa kita pada
pengertian kurikulum sebagai rencana belajar di mana pengertian yang satu ini
dirasa lebih fleksibel. Dalam kaitannya dengan pembelajaran di mana
pembelajaran itu sendiri diartikan sebagai sebuah proses yang sengaja dirancang
sedemikian rupa agar tercipta aktivitas belajar dalam diri peserta didik, maka
kurikulum yang notabenenya sebagai rencana belajar di anggap sebuah hal yang
sangat erat kaitannya dengan pembelajaran. Di satu sisi, kurikulum adalah
pedoman tertulis bagi pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran akan
memberikan masukan untuk penyempurnaan kurikulum yang akan datang.
Walaupun demikian,
kaitan antara kurikulum dan pembelajaran juga tergantung pada pelaksanaan di
lapangan. Kurikulum dapat di katakan sebagai pedoman bagi proses pembelajaran
apabila dalam pelaksanaan pembelajaran para pengajar benar-benar mengikuti
haluan yang diinginkan oleh kurikulum. Begitu juga sebaliknya, pembelajaran
bisa memberikan masukan pada penyempurnaan kurikulum yang selanjutnya apabila
proses evaluasi benar-benar berjalan dengan baik. Maka dari itu, hendaknya para
pengajar, ahli kurikulum, dan semua individu yang terkait dalam hal tersebut
untuk dapat melaksanakan tugas profesinya dengan seoptimal mungkin demi
terciptanya pendidikan yang bermutu sesuai yang kita harapkan bersama.
D.
Daftar Pustaka
Muhaimin.
2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam. Jakarta :
Rajawali Pers.
Idi, Abdullah. 2011. Pengembangan
Kurikulum Teori Dan Praktik.
Jogjakarta
: Ar-Ruzz Media.
Salim, Agus. dkk, 2011, “Hubungan
Dan Proses Belajar Dengan Perkembangan Individu Yang Sedang Belajar”. Makalah
Pada Mata Kuliah Psikologi Pendidikan 2011. IAIN Raden Fatah Palembang.
Salim, Hubungan Antara Kurikulum Dengan Pembelajaran : 2010,
09-04-2012 (Online) Available : http://ktp09015.blogspot.com/2010/04/hubungan-kurikulum-dengan-pembelajaran.html
Ali, Mohammad. 1992. Pengembangan
Kurikulum Di Sekolah.
Jakarta
: CV. Sinar Baru
Ziddan,
Kurikulum Dan Pembelajaran ; 2012-04-11 (Online) Available ; http://willzen.blogspot.com/2011/12/kurikulum-dan-pembelajaran-kurikulum.html
Hamalik,
Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
[1] Muhaiamin, Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hal 2.
[2] Ibid.
[3] Abdullah Idi, Pengembangan
Kurikulum Teori Dan Praktek, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), hal 47.
[4] Agus Salim, et. Al,. “Hubungan
Dan Proses Belajar Dengan Perkembangan
Individu Yang Sedang Belajar”. Makalah Psikologi Pendidikan, (Palembang : Arsip
Pribadi, 2011), hal 3, t.d.
[5] Salim,
Hubungan Antara Kurikulum Dengan
Pembelajaran : 2010, 09-04-2012 (Online) Available : http://ktp09015.blogspot.com/2010/04/hubungan-kurikulum-dengan-pembelajaran.html
[6] Moh. Ali, Pengembangan
Kurikulum di Sekolah, (Jakarta : CV. Sinar Baru, 1992), hal 2.
[7]
Ziddan, Kurikulum Dan Pembelajaran ; 2012-04-11 (Online) Available ; http://willzen.blogspot.com/2011/12/kurikulum-dan-pembelajaran-kurikulum.html
[8] Ziddan, Kurikulum Dan Pemb ... Loc.,
Cit., (Online) Available ; http://willzen.blogspot.com/2011/12/kurikulum-dan-pembelajaran-kurikulum.html
[9] Oemar Hamalik, Proses Belajar
Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hal 27.
[10] Ziddan, Kurikulum Dan Pemb ... Loc.,
Cit., (Online) Available ; http://willzen.blogspot.com/2011/12/kurikulum-dan-pembelajaran-kurikulum.html