Jumat, 01 Juni 2012

Hubungan Antara Kurikulum dan Pembelajaran


diposkan oleh Agus Setiawan
 
A.    Pendahuluan
Kurikulum yang selama ini memiliki banyak ragam pengertian mulai dari yang hanya terbatas pada bahan pelajaran yang akan diberikan oleh pengajar kepada para peserta didik, hingga kurikulum yang dianggap sebagai segala pengalaman yang telah direncanakan untuk dialami oleh peserta didik dalam proses belajarnya. Di dalam kurikulum juga terdapat beberapa komponen-komponen kurikulum seperti tujuan, isi, organisasi dan metode, dan evaluasi kurikulum. Tentu kurikulum di sini sangat berdekatan dengan proses pembelajaran, sebab di dalam kurikulum sendiri sudah tercantum hal-hal yang nantinya akan memengaruhi proses pembelajaran itu sendiri. Lalu bagaimanakah hubungan keduanya? Di manakah letak dari keterkaitan antara kurikulum dan pembelajaran?
B.     Pembahasan
Sekilas tentang kurikulum
Al-Syaibany (1979), mendifinisikan bahwa kurikulum terbatas pada pengetahuan-pengetahuan yang dikemukakan oleh guru atau sekolah atau institusi pendidikan lainnya dalam bentuk mata pelajaran atau kitab-kitab karya para ulama terdahulu yang dikaji begitu lama oleh para peserta didik dalam tiap tahap pendidikannya.[1] Selain itu, Olivia (1998), mendifinisikan kurikulum sebagai rencana atau program yang menyangkut semua pengalaman yang dihayati peserta didik dibawah pengerahan sekolah atau pergururan tinggi.[2] Dua definisi tentang kurikulum di atas sudah cukup mewakili definisi kurikulum secara umum, karena pada umumnya kurikulum didefinisikan dalam dua definisi yang sedikit berbeda, yang satu menekankan kurikulum terbatas pada materi pelajaran, dan yang lain menekankan pada segala aspek pengalaman yang menjadi proses belajar bagi peserta didik. Namun keduanya sama-sama mengandung pengertian bahwa kurikulum adalah rencana belajar.
Seperti yang dituliskan oleh Abdullah Idi, kurikulum memiliki beberapa pengertian yang memiliki perbedaan satu sama lain. Kurikulum bisa diartikan sebagai subject of matter, experience, intention, cultural reproduction, dan curriculum as curere.[3] Adapun beberapa pengertian tersebut adalah sebagai berikut;
1.      Kurikulm sebagai bahan pelajaran (curriculum as subject matter)
Kurikulum sebagai bahan ajar (subject matter) merupakan pengertian kurikulum yang paling tradisional. Kurikulum di sini digambarkan sebagai kombinasi bahan ajar yang akan diberikan kepada peserta didik.
2.      Kurikulum sebagai pengalaman (curriculum as experience)
Dalam pengertian ini, kurikulum digambarkan sebagai seperangkat pengalaman yang telah dirancang untuk proses pembelajaran peserta didik melalui penulisan kurikulum. Pengertian semacam ini bersesuaian dengan definisi yang diberikan oleh Olivia di atas.
Walaupun kurikulum masih memiliki banyak pengertian seperti yang dituliskan oleh Abdullah Idi, namun dalam kaitannya dalam pembelajaran, yang kami uraikan hanya dua pengertian pertama.

Sekilas Tentang Pembelajaran
            Pemebelajaran berasal dari akar kata belajar, yang membuktikan bahwa anatara pembelajaran dengan belajar memiliki hubungan yang erat. Belajar diartikan oleh Surya sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.[4] Yang perlu digarisbawahi pada kalimat tersebut adalah kata “berinteraksi dengan lingkungannya” yang menunjukkan bahwa belajar di pengaruhi oleh lingkungan sekitar peserta didik.
Yusufhadi Miarso memaknai istilah pembelajaran sebagai aktivitas atau kegiatan yang berfokus pada kondisi dan kepentingan pembelajar ( learner centerd ). Istilah pembelajaran digunakan untuk menggantikan istilah pengajaran yang lebih bersifat sebagai aktivitas yang berfokus pada guru ( teacher centered ). Oleh karenanya, kegiatan pengajaran perlu dibedakan dari kegiatan pembelajaran.[5] Penrnyataan itu menunjukkan bahwa pembelajaran berfungsi mengkondisikan situasi di sekitar peserta didik agar tercipta aktivitas belajar di dalam diri peserta didik. Kata “mengkondisikan situasi” di atas menunjukkan bahwa  pembelajaran di sini bersifat eksternal, yaitu yang berada di luar diri siswa tetapi mendukung terjadinya proses belajar di dalam diri siswa.
Berdasarkan ulasan di atas, perbedaan antara belajar dan pembelajaran adalah belajar sebagai proses internal yang dipengaruhi oleh pembelajaran sebagai proses eksternal.
Pembelajaran disini tentu sangat erat kaitannya dengan kurikulum, di mana kurikulum itu sendiri berfungsi sebagai perencanaan tentang pengalaman belajar.[6] Di satu sisi kurikulum adalah rencana tertulis yang telah dibukukan oleh para pengembang kurikulum yang nantinya akan menjadi tuntunan bagi para pengajar dalam melaksanakan proses pengajaran, di sisi lain pembelajaran akan meberikan out put berupa hasil belajar yang nantinya akan dievaluasi dan berguna dalam perencanaan dan perancangan kurikulum selanjutnya.

Kaitan Kurikulum Dengan Pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, meski berada pada posisi yang berbeda. Saylor merupakan bahwa kurikulum dan pembelajaran bagaikan romeo dan juliet. Jika kita berbicara mengenai Romeo, maka kita juga akan berbicara masalah Juliet. Romeo tidak akan lengkap terasa tanpa juliet, demikian pula sebaliknya. Artinya, pembelajaran tanpa kurikulum sebagai rencana tidak akan efektif, atau bahkan bisa keluar dari tujuan yang telah dirumuskan. Kurikulum tanpa pembelajaran, maka kurikulum tersebut tidak akan berguna.[7]
Selain itu, Olivia menyatakan bahwa kurikulum berkaitan dengan apa yang harus diajarkan, sedangkan pengajaran mengacu pada bagaimana cara mengajarkannya.[8] Walaupun antara pembelajaran dengan pengajaran dalam hal ini memiliki perbedaan, namun keduanya memiliki kesamaan tolak ukur dalam kasus ini, yaitu bagaimana mengajarkan. Hanya saja pengajaran lebih terpusat pada guru sebagai pengajar, sedangkan pembelarajaran menekankan pada penciptaan proses belajar antara pengajar dengan pelajar agar terjadi aktivitas belajar dalam diri pelajar.
            Belajar sebagai kegiatan inti dari pembelajaran memiliki arti modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.[9] Yang perlu digaris bawahi pada kalimat tersebut adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman, ini membuktikan bahwa belajar sebagai kegiatan inti pembelajaran dipengaruhi oleh kurikulum yang notabenenya merupakan rancangan pengalaman belajar.
            Persoalan yang timbul selanjutnya adalah bagaimana menyusun kurikulum untuk kepentingan pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan optimal. Hal ini berbenturan dengan fakta bahwa kurikulum telah dirancang secara standar (standarized curriculum). Ini berarti bahwa kurikulum yang sama digunakan digunakan pada setiap sekolah yang notabenenya masing-masing sekolah tersebut memiliki masalah pelaksanaan pembelajaran yang berbeda. Maka dari itu diperlukan pengembangan seperlunya yang disesuaikan dengan kondisi disekolah. Hal ini bisa kita lihat pada perincian RPP.
            Peter F. Olivia menggambarkan kemungkinan hubungan antara kurikulum dengan pembelajaran dalam bagan berikut;
1.      Model dualistis
Pada model ini, kurikulum dan pembelajaran berdiri sendiri. Kurikulum yang seharusnya memjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran tidak tampak. Begitu juga dengan pembelajaran yang seharusnya dapat dijadikan tolak ukur pencapaian tujuan kurikulum tidak terjadi. Model ini digambarkan dalam bagan no.1
2.      Model berkaitan
Dalam model ini, kurikulum dengan pembelajaran saling barkaitan. Pada model ini, ada bagian kurikulum yang menjadi bagian dari pembelajaran, begitu juga sebaliknya. Model ini bisa dilihat pada bagan no 2.
3.      Model konsentris
Pada model ini, keduanya memiliki hubungan dengan kemungkinan bahwa kurikulum adalah bagian dari pembelajaran atau pembelajaran adalah bagian dari kurikulum. Lihat bagan no 3.
4.      Model siklus
Pada model ini, antara kurikulum dan pembelajaran di anggap dua hal yang terpisah namun memiliki hubungan timbal balik. Di satu sisi, kurikulum merupakan rencana tertulis sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran mempengaruhi pada perancangan kurikulum selanjutnya.[10] Lihat bagan no 4.

C.    Penutup
Walaupun kurikulum memiliki banyak pengertian seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli, namun tentu semuanya masih memiliki kaitan yang pada akhirnya membawa kita pada pengertian kurikulum sebagai rencana belajar di mana pengertian yang satu ini dirasa lebih fleksibel. Dalam kaitannya dengan pembelajaran di mana pembelajaran itu sendiri diartikan sebagai sebuah proses yang sengaja dirancang sedemikian rupa agar tercipta aktivitas belajar dalam diri peserta didik, maka kurikulum yang notabenenya sebagai rencana belajar di anggap sebuah hal yang sangat erat kaitannya dengan pembelajaran. Di satu sisi, kurikulum adalah pedoman tertulis bagi pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran akan memberikan masukan untuk penyempurnaan kurikulum yang akan datang.
Walaupun demikian, kaitan antara kurikulum dan pembelajaran juga tergantung pada pelaksanaan di lapangan. Kurikulum dapat di katakan sebagai pedoman bagi proses pembelajaran apabila dalam pelaksanaan pembelajaran para pengajar benar-benar mengikuti haluan yang diinginkan oleh kurikulum. Begitu juga sebaliknya, pembelajaran bisa memberikan masukan pada penyempurnaan kurikulum yang selanjutnya apabila proses evaluasi benar-benar berjalan dengan baik. Maka dari itu, hendaknya para pengajar, ahli kurikulum, dan semua individu yang terkait dalam hal tersebut untuk dapat melaksanakan tugas profesinya dengan seoptimal mungkin demi terciptanya pendidikan yang bermutu sesuai yang kita harapkan bersama.

D.    Daftar Pustaka


Muhaimin. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam. Jakarta : Rajawali Pers.

            Idi, Abdullah. 2011. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.

            Salim, Agus. dkk, 2011, “Hubungan Dan Proses Belajar Dengan Perkembangan Individu Yang Sedang Belajar”. Makalah Pada Mata Kuliah Psikologi Pendidikan 2011. IAIN Raden Fatah Palembang.

            Salim, Hubungan  Antara Kurikulum Dengan Pembelajaran : 2010, 09-04-2012 (Online) Available : http://ktp09015.blogspot.com/2010/04/hubungan-kurikulum-dengan-pembelajaran.html

            Ali, Mohammad. 1992. Pengembangan Kurikulum Di Sekolah.
Jakarta : CV. Sinar Baru

Ziddan, Kurikulum Dan Pembelajaran ; 2012-04-11 (Online) Available ; http://willzen.blogspot.com/2011/12/kurikulum-dan-pembelajaran-kurikulum.html

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara




[1] Muhaiamin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hal 2.
[2] Ibid.
[3] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011),  hal 47.
[4] Agus Salim, et. Al,. “Hubungan Dan Proses Belajar  Dengan Perkembangan Individu Yang Sedang Belajar”. Makalah Psikologi Pendidikan, (Palembang : Arsip Pribadi, 2011), hal 3, t.d.
[5] Salim, Hubungan  Antara Kurikulum Dengan Pembelajaran : 2010, 09-04-2012 (Online) Available : http://ktp09015.blogspot.com/2010/04/hubungan-kurikulum-dengan-pembelajaran.html

[6] Moh. Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Jakarta : CV. Sinar Baru, 1992), hal 2.
[7] Ziddan, Kurikulum Dan Pembelajaran ; 2012-04-11 (Online) Available ; http://willzen.blogspot.com/2011/12/kurikulum-dan-pembelajaran-kurikulum.html

[8] Ziddan, Kurikulum Dan Pemb ... Loc., Cit., (Online) Available ; http://willzen.blogspot.com/2011/12/kurikulum-dan-pembelajaran-kurikulum.html
[9] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hal 27.
[10] Ziddan, Kurikulum Dan Pemb ... Loc., Cit., (Online) Available ; http://willzen.blogspot.com/2011/12/kurikulum-dan-pembelajaran-kurikulum.html

STRATEGI PEMBELAJARAN


diposkan oleh Agus Setiawan

A.      Pendahuluan

Dewasa ini di zaman yang modern di mana pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu dalam upaya menciptakan manusia yang berkualitas secara individu, dan masyarakat yang beradab secara kolektif. Untuk itu, manusia harus terus belajar, dan harus selalu berada pada situasi pembelajaran. Pembelajaran sebagai proses yang panjang dan merupakan sebagai usaha pemberian ilmu dan penanaman perilaku oleh pendidik kepada peserta didik tentunya bukan sebuah proses yang instan. Perlu adanya langkah-langkah khusus yang diambil sebagai upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dengan seoptimal mungkin. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah strategi pembelajaran, di mana di dalamnya sudah terkandung metode-metode yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran dan kondisi peserta didik dalam pemilihannya. Lalu apakah yang dimaksud dengan strategi pembelajaran itu?

B.       Pengertian Strategi Belajar Mengajar
Sebelum mengartikan strategi pengajaran di sini akan kami kaji masalah peserta didik terlebih dahulu sebab hakikat pengajaran tidak lepas dari peserta didik. Berbicara masalah peserta didik, sesunggunya kita membicarakan hakikat manusia yang membutukan bimbingan. Islam menetapkan manusia adalah sebagai makhluk yang mulia dari makhluk yang ada di dunia ini (Ramayulis, 2008: 1).  Sesuai dengan firman Alla:

Artinya: “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” .
Menurut Nana Sudjatna, strategi belajar mengajar merupakan tindakan guru melaksanankan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran agar dapat mempengaruhi siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, strategi belajar mengajar adalah usaha nyata guru dalam praktik mengajar yang di nilai lebi efektif dan efisien atau taktik guru yang dilaksanakan dalam pratik mengajar di kelas (Sunhaji, 2009: 1).
Selanjutnya Nana Sudjatna menambahkan bahwa strategi mengajar adalah dibagi dalam tiga tahapan yakni, tahapan pra-intruksional, tahapan intruksional dan tahapan evaluasi. Pada tahapan pra-intruksional yang dilakukan oleh seorang pendidik adalah guru menanyakan kehadiran siswa dan bertanya tentang materi yang lalu hal ini sebagai uppaya melakukan apresiasi. Pada tahapan kedua guru menjelaskan tentang tujuan. Menjelaskan pokok-pokok materi sesuai dengan tujuan hal ini dimaksutkan agar menekankan pada fokus tujuan yang diharapkan. Sedangkan pada tahap evaluasi, guru berusaha mengetahui sejauh mana siswa memahami teori  materi yang telah disampaikan pada tahap instruksional, termasuk sebagai feedback  terhadap kegiatan intruksional (Sunhaji, 2009: 2). Menurut defenisi yang dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi belajar mengajar adalah operasionalisasi dari desain pembelajaran yang telah di rancang sesuai dengan tujuannya.
Beberapa pendapat tentang strategi pembelajaran sebagai mana dikemukakan oleh parah ahli pembelajaran di antaranya:
1.        Kozna secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dipilih, yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan terhadap peserta didik menuju pembelajaran tertentu
2.        Gerlach dan Ely strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran adalah meliputi urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.
3.        Dick dan Carey menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluru komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membentu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Bahkan menurut Dick dkk strategi pembelajaran bukan hanya terbatas atas prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga dalam pengaturan materi atau paket program yang akan disampaikan pada peserta didik.
4.        Gropper mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah merupakan pemilihan berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat  diperhatikan (Hamzah B. Uno, 2007: 1).

C.    Komponen Strategi Pembelajaran menurut (Dick dan Carey)
1.      Kegiatan pembelajaran pendahuluan
2.      Penyampainyan informasi
3.      Partisipasi peserta didik
4.      Tes
5.      Kegiatan lanjutan (Hamzah B. Uno, 2007: 3).
Penjelasan komponen yang pertama pada bagian ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas materi yang akan disampaikan. Kegiatan pendahulaan yang disampaikan dengan menarik akan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, lakukan peninjauan ulang tentang mata pelajaran yang telah  mereka pelajari agar dapat menjadi jembatan mata pelajaran yang akan disampaikan. Komponen yang ke-dua penyampaian informasi seringkali dikatakan kegiatan yang paling penting dalam proses pembelajaran, akan tetapi bagian ini merupakan salah satu dari strategi pembelajaran. Artinya, tanpa adanya kegiatan pendahulun yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam menagajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak menarik.
Guru yang mampu menyampaikan informasi dengan baik, tetapi tidak melakukan kegiatan pendahuluan dengan mulus maka akan menghadapi kendala dengan kegiatan selanjuatnya. Dalam kegiatan ini guru harus memahami situasi dan kondisi yang dihadapinya dengan baik agar dalam penyampaian informasi bisa seefisien mungkin. Komponen yang ke-tiga peserta didik merupakan pusat suatu kegiatan belajar, hal ini dikenal dengan sitilah cara belajar siswa aktif yang memiliki makna bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik melakukan latihan secara lansung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudahh ditetapkan. Komponen yang ke-empat umumnya tes dilakukan diakhir kegiatan setelah peserta didik melalui berbagai proses kegiatan pembelajaran  serta kegiatan tes sering dilakukan oleh guru biayasanya peserta didik sudahh melakukan praktek atau latihan.
Serangkaian tes umumnya dilakukan oleh guru untuk mengetahuai apakah tujuan pembelajaran sudahh tercapai atau belum, apakah pengetahuan sikap  dan keterampilan telah dimiliki oleh peserta didik atau belum. Komponen yang ke-lima kegiatan ini yang sering dikenal dengan follow up dari suatu kegiatan yang telah dilakuakn seringkali tidak dilakukan oleh guru. Dalam kenyataanya setelah tes jikalau terdapat peserta didik mendapatkan nilai dibawa rata-rata guru biasanya tanpa ada penaganan khusus, apakah murid tersebut ada masalah atau bagaimana, tugas seorang guru bukan hanya mendidik saja melainkan mendidik serta mengarahkan dan mengawasi. Tugas pendidik (guru) sebagai pembimbing, sebagai penegak displin, sebagai fasilitator pembelajaran, sebagai motivator (Ramayulis, 2008: 56).
Seiring penjelasan diatas sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Pasal 39 ayat 2 menegaskan pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik perguruan tinggi. Sedangkan dalam pasal 32 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tinggkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan memiliki bakat kecerdasan yang istimewa (Masri Kuadrat dan Hamzah B. Uno, 2009: 25).
Padahal tujuan pendidik sebenarnya memiliki makna arah suatu hasil setelah pendidikan itu selesai dilakukan. Dalam artikata, yang menjadi tujuan pendidikan adalah produk (out put) yang dikehendaki suatu lembaga pendidikan. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan (Ali Murtopo, 2010: 52).

D.    Strategi belajar mengajar, perencanaan pembelajaran, dan prosedur pembalajaran
Adapun strategi mengajar sebenarnya sudah dijelaskan di atas, strategi merupakan suatu cara yang diambil atau dipilih oleh seorang pendidik untuk melakukan kegiatan mengajar agar kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan dengan apa yang kita inginkan. Adapun prencanaan pembelajaran adalah usaha guru untuk menentukan prosedur pra-intruksional, intruksional dan evaluasi proses belajar yang sedemikian rupa sehingga perubahan prilaku yang diharapkan dapat terjadi (Sunhaji, 2009: 4).
Prosedur pembelajaran adalah rangkaian kegiatan guru-murid dalam suatu pristiwa belajar mengajar di dalam kelas atau aplikasi dari pembelajaran. Model-model mengajar sebenarnya sifatnya umum, prencanaan pembelajaran sifatnya khusus dan kongkret (Sunhaji, 2009: 4).
Model-model menajar dikatakan umum asumsinya adalah karena dapat di terapkan dalam berbagai pristiwa belajar, sedangkan prencanaan pembelajaran dikatakan khusus karena dalam merencanakan sistem lingkungan belajar dilakukan setelah ditetapkan terlebih dahulu untuk menggunakan satu atau lebih strategi dan dikatakan kongkret adalah karena dalam prencanaan pembelajaran, rangkaian kegiatan guru-murid untuk mencapai tujuan telah tertulis secara terprosedur dalam model satuan pembelajaran. Adapun prosedur pembelajaran adalah kegiatan dari model mengajar yang telah ditetapkan berdasarkan desain yang telah tertulis dalam model satuan pembelajaran.

E.     Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar
Klasifikasi strategi mengajar dapat dibedakan menjadi beberapa bagian sesuai dengan kondisinya:
1.        Ditinjau dari segi pengaturan guru-siswa
2.        Struktur pristiwa belajar-mengajar
3.        Peranan guru-murit dalam pengelolaan pesan
4.        Proses pengolahan pesan

1.      Ditinjau dari segi pengaturan guru-siswa
a.       Ditinjau dari segi pengaturan guru-siswa, dapat dibedakan menjadi pengajaran oleh seorang guru atau oleh suatu tim guru yakni dua atau lebih orang yang mengajar di kelas, mereka secara bersama-sama mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar siswa.
b.      Dari segi pengaturan siswa, dapat dibedakan menjadi tiga bentuk pengajaran, antara lain :
                                                              i.      Pengajaran klasikal, bila seorang guru menghadapi kelompok besar siswa di dalam kelas dan diberi pelajaran bersama dengan satu jenis metode mengajar.
                                                            ii.      Pengjaran kelompok kecil, bilsa siswa dalam satu kelas dibagi ke dalam kelompok kecil (5-7 orang siswa) dan masing-masing diberi tugas untuk diselesaikan atau dipertanggung jawabkan oleh kelompoknya.
                                                          iii.      Pengajaran perorangan, bila masing-masing siswa secara pribadi diberi beban belajar secara mandiri, misalnya dalam bentuk pengajaran modul.
c.       Dari segi hubungan guru-siswa, dapat dibedakan menjadi tiga, antara lain sebagai berikut :
                                                              i.      Hubungan langsung guru-siswa melalui bentuk tatap muka
                                                            ii.      Ubungan langsung guru-siswa dalam bentuk tatap muka dengan bantuan media pengajaran sebgai alat bantu mengajar.
                                                          iii.      Hubungan tak langsung, bila penyampaian-penyampaian pesan disampaikan dengan perantaraan media.
2.      Struktur peristiwa belajar-mengajar
Dari segi struktur peristiwa belajar mengajar, dapat dibedakan menjadi dua :
a.       Struktur peristiwa belajar mengajar yang bersifat tertutup, yakni proses belajar yang segala sesuatunya talah ditentukan secara relatif ketat, dimana guru tidak berani menyimpang dari psersiapan mengajar yang telah dibuat.
b.      Struktur peristiwa belajar mengajar yang bersifat terbuka, yakni proses belajar mengajar dimana tujuan, materi, dan orsedur yang akan ditempuh untuk mencapainya ditentukansementara kegiatan belajar mengajarnya berlangsung. Contoh dalam dalam hal ini adalah pengajaran unit, yakni sistem mengajar yang terpusat pada suatu masalah dan dipecahkan secara keseluruhan yang mempunyai arti.
3.      Peranan guru-siswa dalam pengolahan pesan
a.       Pengajaran bersifat ekspositorik, yakni apabila pesa disajikan dalam keadaan siap diolah tuntas oleh guru sebelum disampaikan kepada siswa (sifatnya sama dengan peristiwa belajar tertutup).
b.      Pengajaran bersifat heuristik atau hipotetik, yakni pesan yang disajikan tidak diolah tuntas oleh guru dengan maksud agar dioleh sendiri oleh siswa, baik dengan atau tanpa bantuan dan bimbingan guru. Ada dua substrategi dalam hal ini, yakni discovery dan inkuiri. Yang pertama merupakan strategi penemuan-penemuan dalam praktik terbimbing, di mana siswa menemukan prinsip atau teori dalam pembelajaran (praktik laboratorium). Adapun yang kedua, inkuiri, adalah penyelidikan-penelitian dalam lapangan sebagai akibat terjadinya proses asimilisasi, yakni memasukkan hasil pengamatan ke dalam struktur kognitif siswa yang telah ada dan proses akomodasi yaitu dengan mengadakan perubahan-perubahan dalam arti penyesuaian-penyesuaian di dalam struktur kognitif yang lama, sehingga cocok dengan fenomena baru yang diamati (penelitian).
4.      Proses pengolahan pesan
a.       Strategi pengajaran induktif, yakni pengajaran di mana proses pengolahan pesan bertolak dari contoh-contoh kongkrit pada generalisasi atau prinsip yang bersifat umum, dari fakta-fakta yang nyata pada konsepp yang bersifat abstrak. Strategi induktif berkembang dari suatu dasar konseptual bahwa cara belajr seorang siswa akan mantap kalau dimuali sesuatu dari data empirik menuju konsep samapai pada generalisasi, dari fakta, data, konsep, dan generalisasi. Fakta adalah benda-benda
b.      Strategi pengajaran deduktif, merupakan kebalikan dari proses pengajaran induktif, pertama-tama diperkenalkan makna generalisasi (konsep-konsep) yang bersifat abstrak serta proses pembuktian dalam bentuk data empirik yang mendukung antara konsep-konsep. Misalnya, pengajaran tentang iklim, baru kemudian diperkenalkan kepada siswa tentang cuaca, keadaan suhu udara, hujan , dan sebagainya (Sunhaji, 2009: 4).

F.     Penutup

Setelah pembahasan yang singkat mengenai strategi pembelajaran di atas, maka diketahuilah betapa pentingnya strategi pengajaran itu. Ini dilakukan sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran seoptimal mungkin dengan menerapkan strategi pembelajaran.
Maka dari itu, bukan hal yang tidak mungkin apabila kita memiliki cita-cita untuk meningkatkan kualitas hasil belajar disuatu lembaga pendidikan kita tempuh dengan merancang dan menerapkan strategi pembelajaran yang cocok. Sebab strategi yang di dalamnya sudah terkandung metode dan teknik dalam pengajaran tentu sangat berperan penting dalam proses pembelajaran berlangsung.

G.    Daftar Pustaka
B. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Murtopo, Ali. 2010. Pemikiran Pendidikan Syed Muhammad Naquib Al-Attas.
            Palembang : Rafah Press

Sunhaji. 2009. Strategi Pembelajaran. Purwokerto : STAIN Purwokerto Press

Ramayulis. 2008. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Kalam Mulia

Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat. Mengelola Kecerdasan Dalam
            Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara