diposkan oleh Agus Setiawan
A. Pendahuluan
Dewasa ini di zaman
yang modern di mana pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap
individu dalam upaya menciptakan manusia yang berkualitas secara individu, dan
masyarakat yang beradab secara kolektif. Untuk itu, manusia harus terus
belajar, dan harus selalu berada pada situasi pembelajaran. Pembelajaran
sebagai proses yang panjang dan merupakan sebagai usaha pemberian ilmu dan
penanaman perilaku oleh pendidik kepada peserta didik tentunya bukan sebuah proses
yang instan. Perlu adanya langkah-langkah khusus yang diambil sebagai upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dengan seoptimal mungkin.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah strategi
pembelajaran, di mana di dalamnya sudah terkandung metode-metode yang akan
diterapkan dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran
dan kondisi peserta didik dalam pemilihannya. Lalu apakah yang dimaksud dengan
strategi pembelajaran itu?
B. Pengertian Strategi Belajar Mengajar
Sebelum mengartikan
strategi pengajaran di sini akan kami kaji masalah peserta didik terlebih
dahulu sebab hakikat pengajaran tidak lepas dari peserta didik. Berbicara
masalah peserta didik, sesunggunya kita membicarakan hakikat manusia yang
membutukan bimbingan. Islam menetapkan manusia adalah sebagai makhluk yang
mulia dari makhluk yang ada di dunia ini (Ramayulis, 2008: 1). Sesuai dengan firman Alla:
Artinya: “Sesungguhnya kami Telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” .
Menurut Nana Sudjatna, strategi
belajar mengajar merupakan tindakan guru melaksanankan rencana mengajar,
artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran agar dapat mempengaruhi
siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, strategi
belajar mengajar adalah usaha nyata guru dalam praktik mengajar yang di nilai
lebi efektif dan efisien atau taktik guru yang dilaksanakan dalam pratik
mengajar di kelas (Sunhaji, 2009: 1).
Selanjutnya Nana
Sudjatna menambahkan bahwa strategi mengajar adalah dibagi dalam tiga tahapan
yakni, tahapan pra-intruksional, tahapan intruksional dan tahapan evaluasi.
Pada tahapan pra-intruksional yang dilakukan oleh seorang pendidik adalah guru
menanyakan kehadiran siswa dan bertanya tentang materi yang lalu hal ini
sebagai uppaya melakukan apresiasi. Pada tahapan kedua guru menjelaskan tentang
tujuan. Menjelaskan pokok-pokok materi sesuai dengan tujuan hal ini dimaksutkan
agar menekankan pada fokus tujuan yang diharapkan. Sedangkan pada tahap
evaluasi, guru berusaha mengetahui sejauh mana siswa memahami teori materi yang telah disampaikan pada tahap instruksional,
termasuk sebagai feedback terhadap
kegiatan intruksional (Sunhaji, 2009: 2). Menurut defenisi yang
dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi belajar mengajar
adalah operasionalisasi dari desain pembelajaran yang telah di rancang sesuai
dengan tujuannya.
Beberapa pendapat
tentang strategi pembelajaran sebagai mana dikemukakan oleh parah ahli
pembelajaran di antaranya:
1.
Kozna secara
umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan
yang dipilih, yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan terhadap peserta
didik menuju pembelajaran tertentu
2.
Gerlach dan Ely
strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan
metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya
dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran adalah meliputi urutan
kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.
3.
Dick dan Carey
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluru komponen materi
pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh
guru dalam rangka membentu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Bahkan menurut Dick dkk strategi pembelajaran bukan hanya terbatas atas
prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga dalam
pengaturan materi atau paket program yang akan disampaikan pada peserta didik.
4.
Gropper
mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah merupakan pemilihan berbagai
jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai
oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat diperhatikan (Hamzah B. Uno, 2007: 1).
C.
Komponen
Strategi Pembelajaran menurut (Dick dan Carey)
1. Kegiatan
pembelajaran pendahuluan
2. Penyampainyan
informasi
3. Partisipasi
peserta didik
4. Tes
5. Kegiatan
lanjutan (Hamzah B. Uno, 2007: 3).
Penjelasan komponen
yang pertama pada bagian ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta
didik atas materi yang akan disampaikan. Kegiatan pendahulaan yang disampaikan dengan
menarik akan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, lakukan
peninjauan ulang tentang mata pelajaran yang telah mereka pelajari agar dapat menjadi jembatan
mata pelajaran yang akan disampaikan. Komponen yang ke-dua penyampaian
informasi seringkali dikatakan kegiatan yang paling penting dalam proses
pembelajaran, akan tetapi bagian ini merupakan salah satu dari strategi
pembelajaran. Artinya, tanpa adanya kegiatan pendahulun yang menarik atau dapat
memotivasi peserta didik dalam menagajar maka kegiatan penyampaian informasi
ini menjadi tidak menarik.
Guru yang mampu
menyampaikan informasi dengan baik, tetapi tidak melakukan kegiatan pendahuluan
dengan mulus maka akan menghadapi kendala dengan kegiatan selanjuatnya. Dalam
kegiatan ini guru harus memahami situasi dan kondisi yang dihadapinya dengan
baik agar dalam penyampaian informasi bisa seefisien mungkin. Komponen yang ke-tiga
peserta didik merupakan pusat suatu kegiatan belajar, hal ini dikenal
dengan sitilah cara belajar siswa aktif yang memiliki makna bahwa proses pembelajaran
akan lebih berhasil apabila peserta didik melakukan latihan secara lansung dan
relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudahh ditetapkan. Komponen yang ke-empat
umumnya tes dilakukan diakhir kegiatan setelah peserta didik melalui
berbagai proses kegiatan pembelajaran
serta kegiatan tes sering dilakukan oleh guru biayasanya peserta didik sudahh
melakukan praktek atau latihan.
Serangkaian tes umumnya
dilakukan oleh guru untuk mengetahuai apakah tujuan pembelajaran sudahh
tercapai atau belum, apakah pengetahuan sikap
dan keterampilan telah dimiliki oleh peserta didik atau belum. Komponen
yang ke-lima kegiatan ini yang sering dikenal dengan follow up dari
suatu kegiatan yang telah dilakuakn seringkali tidak dilakukan oleh guru. Dalam
kenyataanya setelah tes jikalau terdapat peserta didik mendapatkan nilai dibawa
rata-rata guru biasanya tanpa ada penaganan khusus, apakah murid tersebut ada
masalah atau bagaimana, tugas seorang guru bukan hanya mendidik saja melainkan
mendidik serta mengarahkan dan mengawasi. Tugas pendidik (guru) sebagai
pembimbing, sebagai penegak displin, sebagai fasilitator pembelajaran, sebagai
motivator (Ramayulis, 2008: 56).
Seiring penjelasan
diatas sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
Pasal 39 ayat 2 menegaskan pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat terutama bagi pendidik perguruan tinggi. Sedangkan dalam
pasal 32 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tinggkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan memiliki
bakat kecerdasan yang istimewa (Masri Kuadrat dan Hamzah B. Uno, 2009: 25).
Padahal tujuan pendidik
sebenarnya memiliki makna arah suatu hasil setelah pendidikan itu selesai
dilakukan. Dalam artikata, yang menjadi tujuan pendidikan adalah produk (out
put) yang dikehendaki suatu lembaga pendidikan. Suatu tujuan yang hendak
dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan dari
nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan (Ali
Murtopo, 2010: 52).
D. Strategi belajar mengajar, perencanaan pembelajaran,
dan prosedur pembalajaran
Adapun strategi
mengajar sebenarnya sudah dijelaskan di atas, strategi merupakan suatu cara
yang diambil atau dipilih oleh seorang pendidik untuk melakukan kegiatan
mengajar agar kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan dengan apa yang kita
inginkan. Adapun prencanaan pembelajaran adalah usaha guru untuk menentukan
prosedur pra-intruksional, intruksional dan evaluasi proses belajar yang sedemikian
rupa sehingga perubahan prilaku yang diharapkan dapat terjadi (Sunhaji,
2009: 4).
Prosedur pembelajaran
adalah rangkaian kegiatan guru-murid dalam suatu pristiwa belajar mengajar di
dalam kelas atau aplikasi dari pembelajaran. Model-model mengajar sebenarnya
sifatnya umum, prencanaan pembelajaran sifatnya khusus dan kongkret (Sunhaji,
2009: 4).
Model-model menajar
dikatakan umum asumsinya adalah karena dapat di terapkan dalam berbagai
pristiwa belajar, sedangkan prencanaan pembelajaran dikatakan khusus karena
dalam merencanakan sistem lingkungan belajar dilakukan setelah ditetapkan terlebih
dahulu untuk menggunakan satu atau lebih strategi dan dikatakan kongkret adalah
karena dalam prencanaan pembelajaran, rangkaian kegiatan guru-murid untuk
mencapai tujuan telah tertulis secara terprosedur dalam model satuan
pembelajaran. Adapun prosedur pembelajaran adalah kegiatan dari model mengajar yang
telah ditetapkan berdasarkan desain yang telah tertulis dalam model satuan
pembelajaran.
E. Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar
Klasifikasi strategi
mengajar dapat dibedakan menjadi beberapa bagian sesuai dengan kondisinya:
1.
Ditinjau dari
segi pengaturan guru-siswa
2.
Struktur
pristiwa belajar-mengajar
3.
Peranan
guru-murit dalam pengelolaan pesan
4.
Proses
pengolahan pesan
1.
Ditinjau dari
segi pengaturan guru-siswa
a. Ditinjau
dari segi pengaturan guru-siswa, dapat dibedakan menjadi pengajaran oleh
seorang guru atau oleh suatu tim guru yakni dua atau lebih orang yang mengajar
di kelas, mereka secara bersama-sama mempersiapkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi hasil belajar siswa.
b. Dari
segi pengaturan siswa, dapat dibedakan menjadi tiga bentuk pengajaran, antara
lain :
i.
Pengajaran
klasikal, bila seorang guru menghadapi kelompok besar siswa di dalam kelas dan
diberi pelajaran bersama dengan satu jenis metode mengajar.
ii.
Pengjaran
kelompok kecil, bilsa siswa dalam satu kelas dibagi ke dalam kelompok kecil
(5-7 orang siswa) dan masing-masing diberi tugas untuk diselesaikan atau
dipertanggung jawabkan oleh kelompoknya.
iii.
Pengajaran
perorangan, bila masing-masing siswa secara pribadi diberi beban belajar secara
mandiri, misalnya dalam bentuk pengajaran modul.
c. Dari
segi hubungan guru-siswa, dapat dibedakan menjadi tiga, antara lain sebagai
berikut :
i.
Hubungan
langsung guru-siswa melalui bentuk tatap muka
ii.
Ubungan langsung
guru-siswa dalam bentuk tatap muka dengan bantuan media pengajaran sebgai alat
bantu mengajar.
iii.
Hubungan tak
langsung, bila penyampaian-penyampaian pesan disampaikan dengan perantaraan
media.
2.
Struktur
peristiwa belajar-mengajar
Dari segi struktur peristiwa belajar
mengajar, dapat dibedakan menjadi dua :
a. Struktur
peristiwa belajar mengajar yang bersifat tertutup, yakni proses belajar yang
segala sesuatunya talah ditentukan secara relatif ketat, dimana guru tidak
berani menyimpang dari psersiapan mengajar yang telah dibuat.
b. Struktur
peristiwa belajar mengajar yang bersifat terbuka, yakni proses belajar mengajar
dimana tujuan, materi, dan orsedur yang akan ditempuh untuk mencapainya
ditentukansementara kegiatan belajar mengajarnya berlangsung. Contoh dalam
dalam hal ini adalah pengajaran unit, yakni sistem mengajar yang terpusat pada
suatu masalah dan dipecahkan secara keseluruhan yang mempunyai arti.
3.
Peranan
guru-siswa dalam pengolahan pesan
a. Pengajaran
bersifat ekspositorik, yakni apabila pesa disajikan dalam keadaan siap diolah
tuntas oleh guru sebelum disampaikan kepada siswa (sifatnya sama dengan
peristiwa belajar tertutup).
b. Pengajaran
bersifat heuristik atau hipotetik, yakni pesan yang disajikan tidak diolah
tuntas oleh guru dengan maksud agar dioleh sendiri oleh siswa, baik dengan atau
tanpa bantuan dan bimbingan guru. Ada dua substrategi dalam hal ini, yakni
discovery dan inkuiri. Yang pertama merupakan strategi penemuan-penemuan dalam
praktik terbimbing, di mana siswa menemukan prinsip atau teori dalam
pembelajaran (praktik laboratorium). Adapun yang kedua, inkuiri, adalah
penyelidikan-penelitian dalam lapangan sebagai akibat terjadinya proses
asimilisasi, yakni memasukkan hasil pengamatan ke dalam struktur kognitif siswa
yang telah ada dan proses akomodasi yaitu dengan mengadakan perubahan-perubahan
dalam arti penyesuaian-penyesuaian di dalam struktur kognitif yang lama,
sehingga cocok dengan fenomena baru yang diamati (penelitian).
4.
Proses
pengolahan pesan
a. Strategi
pengajaran induktif, yakni pengajaran di mana proses pengolahan pesan bertolak
dari contoh-contoh kongkrit pada generalisasi atau prinsip yang bersifat umum,
dari fakta-fakta yang nyata pada konsepp yang bersifat abstrak. Strategi
induktif berkembang dari suatu dasar konseptual bahwa cara belajr seorang siswa
akan mantap kalau dimuali sesuatu dari data empirik menuju konsep samapai pada
generalisasi, dari fakta, data, konsep, dan generalisasi. Fakta adalah
benda-benda
b. Strategi
pengajaran deduktif, merupakan kebalikan dari proses pengajaran induktif,
pertama-tama diperkenalkan makna generalisasi (konsep-konsep) yang bersifat
abstrak serta proses pembuktian dalam bentuk data empirik yang mendukung antara
konsep-konsep. Misalnya, pengajaran tentang iklim, baru kemudian diperkenalkan
kepada siswa tentang cuaca, keadaan suhu udara, hujan , dan sebagainya (Sunhaji,
2009: 4).
F. Penutup
Setelah pembahasan yang
singkat mengenai strategi pembelajaran di atas, maka diketahuilah betapa
pentingnya strategi pengajaran itu. Ini dilakukan sebagai upaya untuk mencapai
tujuan pembelajaran seoptimal mungkin dengan menerapkan strategi pembelajaran.
Maka dari itu, bukan
hal yang tidak mungkin apabila kita memiliki cita-cita untuk meningkatkan
kualitas hasil belajar disuatu lembaga pendidikan kita tempuh dengan merancang
dan menerapkan strategi pembelajaran yang cocok. Sebab strategi yang di
dalamnya sudah terkandung metode dan teknik dalam pengajaran tentu sangat
berperan penting dalam proses pembelajaran berlangsung.
G. Daftar Pustaka
B. Uno, Hamzah. 2007. Model
Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Murtopo, Ali. 2010. Pemikiran
Pendidikan Syed Muhammad Naquib Al-Attas.
Palembang
: Rafah Press
Sunhaji. 2009. Strategi Pembelajaran.
Purwokerto : STAIN Purwokerto Press
Ramayulis. 2008. Metodologi
Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Kalam Mulia
Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat. Mengelola
Kecerdasan Dalam
Pembelajaran.
Jakarta : Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar